DEEP AFFECTION [6]

Posted on Updated on

The amount of pain human can endure because what love does to them is amazing. And I’m the strongest one. Because I love you. – Donghae

I want to scream ‘I missed you, love’ from the top of my lung, with every beat of my heart, with every pain of missing you. – Kibum

Loving someone means you only want the best for him even if it means swallowing the sad reality that the best just isn’t you. – Kyuhyun

 [CHAPTER 6]

Hanya tersisa seorang Kim Kibum yang berdiam seorang diri di dalam ruangan gelap, redup semenjak malam menggantikan siangnya. Meski masih ada setitik cahaya dari sinar rembulan dari luar sana yang berbaur dengan sinar-sinar lampu yang ada. Masuk melalui jendela, yang mana Kibum mungkin lupa untuk menutupnya.

Kibum hanya terdiam. Terduduk kaku di atas sofa yang entah seperti apa rupanya sofa tersebut. Seperti enggan untuk bergerak sedikit saja. Wajahnya begitu tegang, namun matanya menyiratkan sedih dan juga sesal yang begitu dalam. Bahkan meski dalam gelap, ia masih dapat mengingat dan sedikit melihat tiap jejak benda di hadapannya.

Sekarang ia mengerti. Mengapa lilin itu mengering tanpa ada tangan yang menyentuhnya. Beserta ketidaknyamanan seluruh pelosok yang ada dalam bangunan tersebut, Kibum tahu mengapa menjadi demikian. Debu yang bertebaran di tiap celah yang ada. Begitu berantakan dengan beberapa benda yang mulai usang.

Karena tak ada tangan yang menyentuh mereka. Karena tak ada pemilik mereka. Yang biasanya merawat dan menjaga mereka. Kini ‘dia’ tak ada.

Srak.

Satu bunyi akhirnya timbul. Kibum teringat dan lalu meraih satu lembar kertas yang sempat ia lupakan. Satu kertas berarti berisikan tulisan terakhir Donghae untuknya.

Kibumie..

생일 축하 합니다..

Kibum tersenyum pahit. Ia remas sisi kertas tersebut. Seperti tidak rela jika kertas itu harus robek karena emosinya saat ini. Mungkin ia akan menyesal jika melenyapkan satu bukti torehan tangan terakhir dari sang kekasih yang kini dirindunya. Lee Donghae yang entah dimana ia berada.

Dimana? Dimana Donghae berada? Pada siapa Kibum bertanya? Ia pikir tak ada yang dapat membantunya sekarang!

Hari demi haripun Donghae rangkai sebisa mungkin. Tetap bertahan dengan apa yang dialaminya. Tetap hidup didetiknya yang selalu saja merindu akan sosok Kibum. Hari berlalu minggu, bahkan menapaki bulannya. Donghae tetap bertahan dengan tangis yang tak pernah hilang di tiap malamnya.

Meski kadang ia tersenyum. Harus! Di saat orang-orang disekitarnya ada untuknya, ia tak lelah untuk menunjukkan senyumnya. Ada Sim Changmin disana yang selalu mengajaknya bicara. Ada pula Kim Kangin yang tak henti membuat gurauan yang setidaknya dapat membuatnya tertawa lepas untuk sekejap saja.

Ada pula Cho Kyuhyun.

Dia yang selalu dapat melihat apapun di dalam mata Donghae. Semua selalu terlontar dari mulutnya secara langsung. Seperti, “apa kau bermimpi tentangnya hari ini?” atau juga, “Kau masih merindukannya?” Karena disinilah Cho Kyuhyun berada. Tetap di posisinya seperti semula.

Karena bukan hanya raga Donghae yang tak dapat dimilikinya karena penghalang sel besi itu, namun juga hati Donghae yang tak akan pernah mampu ia raih karena kehadiran Kim Kibum yang entahlah, dimana sosok itu berada. Namun Kyuhyun tetap tersenyum. Ada di samping Donghae seperti janjinya. Selalu memperhatikan tiap detail sosok Donghae.

“Apa kau sudah makan?”

“Bagaimana perasaanmu hari ini? Kau merasa baik?”

Meski pada akhirnya Donghae harus mengernyitkan keningnya kala untuk kesekian kalinya ia mendapati Kyuhyun yang menjenguknya. Ada di hadapannya seperti biasa dengan banyak pertanyaan. Selalu! Namun kali ini, Kyuhyun menanyakan hal yang menurutnya agak terasa aneh.

“Kau mengingatku, hyung?”

Donghae tentu merasa bingung. “Mengapa kau bertanya seperti itu padaku, Kyu? Tentu saja! Apa yang membuatku bisa melupakan orang yang setiap hari menjengukku, huh?”

Kyuhyun nampak tersenyum dengan satu hembusan nafas lega. “Aku tahu. Aku hanya bercanda!” kilahnya. Ia lalu menatap Donghae dengan satu tatapan yang cukup dalam. Menyelami kedua mata Donghae yang tiba-tiba saja terlihat kosong. “Kau sudah makan hyung?” satu pertanyaan yang ia lantunkan seperti biasa.

Namun Donghae terlihat lama untuk menjawabnya. Seperti berfikir keras untuk jawabannya. Padahal hanya pertanyaan mudah, kan? Lantas Kyuhyun mengabaikan jawaban untuk pertanyaan pertamanya. Ia bertanya kembali. “Apa saja yang kau makan? Aku ingin tahu, apakah makanan itu baik untukmu atau tidak!” ucap Kyuhyun beralasan.

Sekali lagi, Donghae nampak kebingungan. “Tadi,” jawabnya sambil masih berusaha berfikir. “Umh..”

“Jangan bilang kau melupakannya!”

Donghae merutuk sebal. “Ish! Sebenarnya kau kenapa? Aneh sekali! Aku benar-benar tidak ingat!”

Kali ini tatapan Kyuhyun berbeda. Terlihat lebih sendu dan bersedih meski bibirnya tersenyum. “Tidak apa-apa hyung. Kusarankan agar kau lebih banyak beristirahat..”

Masih memantau keberadaan sosok Donghae. Dia yang menikmati kamar selnya. Dia yang mencoba bertahan dengan tubuh yang semakin mengering. Dingin yang sering menyapanya di tiap malam. Meski hangat ia rasakan, kala setiap orang di dalam sana berbaik hati padanya. Tak terkecuali dengan para penjaga kepolisian yang menaruh perhatian lebih padanya, meski tidak pada tahap ‘membebaskan’ Donghae dari hukumannya.

“Istriku sengaja memasakkan ini untukku. Tapi jika kau ingin, kau boleh memakannya..”

Donghae terpana. Ia menatap sekotak bekal makan yang baru saja diberikan salah satu penjaga selnya. Seorang paman bermarga ‘Kang’, begitulah yang tertulis di seragamnya. Membuat Donghae tersenyum sambil meraih makanan tersebut. Makanan yang jarang ia temui beberapa bulan ini. Membuatnya seperti seseorang yang tak tahu malu kala menerimanya tanpa berbasa-basi, meski tetap ia ucapkan “terima kasih paman!” dengan setitik air mata haru di sudut matanya.

Namun Donghae tetaplah Donghae. Donghae yang ramah. Donghae yang selalu menebar senyumnya, dan berbagi kebaikan semampu yang bisa ia berikan, membuat semua orangpun tak ragu untuk memberi kasih mereka pada Donghae.

Pemuda itu kini membawa sekotak bekal pemberian sang paman yang lalu ia letakkan di atas satu-satunya meja kecil di dalam selnya. Memanggil Kangin dan juga Changmin untuk bergabung menyantap makanan tersebut.

“Wah?! Kau dapatkan ini darimana, Hae?!” sahut Kangin kegirangan.

Namun Changmin enggan terlalu banyak bicara. Ia katakan “mari makan!” dengan lantangnya. Melupakan Kangin yang berdecak sebal, dan juga Donghae yang hanya terkikik geli.

“Jangan gunakan tanganmu! Kangin hyung kau jorok sekali! Gunakan sumpitnya hyung!”

Lagi dan lagi Donghae tersenyum. Terakhir kalinya ia hanya menopang dagu dengan tangan tertekuk di atas meja. Dilihatnya kedua orang yang lagi-lagi berdebat hanya karna soal kecil. Namun ini menjadi pemandangan menarik setiap kali Donghae harus melihatnya. Ada kesenangan tersendiri, seolah menyembuhkan lara hatinya sekejap.

Kala itu Donghae melamun, hingga Kangin harus menyenggol lengannya perlahan. “Kau tak mendengarku?”

“Huh?”

Kangin berdecak kesal. “Aku memanggil namamu entah berapa kali, Hae. Apa yang kau pikirkan?”

Donghae menggeleng. Ia melihat makanan di dalam kotak bekal itu habis sudah. Dengan jejak bumbu makanan yang menempel di bibir Changmin dan juga Kangin, menandakan bahwa mereka telah melahap habis makanan tersebut. Namun Donghae berfikir, ‘apa aku melamun selama itu? Atau memang makan mereka saja yang terlalu cepat?’

“Melamun lagi?”

Segera Donghae menggeleng. “Tidak!” sanggahnya. “Memang ada apa?” tanyanya pada Kangin.

“Itu, bisakah kau ambilkan gelas putih milikku di sampingmu itu, Hae?”

Donghae melirik ke arah kirinya, kemana jari Kangin mengacung. Memang gelas tersebut lebih mudah ia gapai. Namun bukan hanya gelas saja. Tapi gelas-gelas! Ada beberapa gelas plastik disana dengan warna berbeda-beda. Dan mata Donghae terarah pada mereka. Melihat penuh selidik, seolah mengabsen mereka.

“Aku tersedak, Hae. Bisakah lebih cepat?”

Donghae menggerak-gerakkan bola matanya kebingungan. Melihat satu persatu gelas yang nampak. Membedakan warna yang entah mengapa baginya terasa sulit seketika. Gelas putih. Hanya ini yang diminta Kangin darinya. Namun tangannya enggan bergerak, selama tak ada perintah dari otaknya. Pancaran matanya berkata ‘yang mana warna putih?’ diiringi dengan debaran kencang dari jantungnya.

“Hae?”

Berujung dengan jemari yang meraih sembarang gelas dan menyerahkannya pada Kangin dengan cepat. Namun seketika itu pula Kangin dan Changmin nampak saling berpandangan. Bertingkah sama bingung, meski tak ada kata yang tertuang dari mulut mereka.

Namun Donghae yang menjadi bingung. Ia menyadari tatapan keduanya. “Kenapa?” tanyanya.

“Tidak!” sela Kangin. “Tidak apa-apa. Terima kasih untuk gelasnya, dan sebaiknya sekarang kau beristirahat, Hae. Sepertinya kau lelah dan mengantuk..”

Donghae hanya mengangguk menyetujui. Sesungguhnya matanya terlihat lebih lelah dari biasanya. Ia yang lalu melangkah menuju pembaringan di sudut ruangan yang sama. Membaringkan tubuhnya perlahan, tanpa kata dan langsung menutup matanya.

Tersisa Changmin yang hanya mampu memandangi punggung Donghae, karena dia tertidur menyamping.

Begitupun dengan Kangin, yang masih memegang erat gelas pemberian Donghae. Gelas yang nyatanya berwarna kuning. Tatapan Kangin berubah lirih, tertuju pada Changmin. “Apa sekarang dia lupa akan warna?” tanyanya disambut gelengan lemah dari Changmin.

“Dia kenapa?!”

Sejumlah keanehan dan kejanggalan tingkah Donghae semakin dan semakin sering terjadi di tiap harinya. Semua orang terdekatnya menyadari hal tersebut. Donghae yang kerap melupakan segala sesuatu dengan mudahnya. Meski berulang kali Donghae beralasan, mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja. Namun semua semakin nampak dengan jelas.

Hingga pada akhirnya..

“Eh?”

Donghae sedikit terperanjat kala Changmin dan Kangin menariknya dengan sedikit paksaan keluar dari sel mereka. “Mau kemana?” tanya Donghae agak bingung, karena kedua lengannya di tarik paksa oleh kawannya tersebut. Donghae terlihat sedikit cemas kala keduanya tak juga mengatakan alasan untuk hal yang ia tanyakan.

“Hyung!” rengaknya pada Kangin. “Changmin-ah!” rutuknya pada Changmiin.

Namun tak ada jawaban hingga kening Donghae mengerut kala kakinya menapak pada sebuah ruang tunggu, yang mana lalu suara bising di terimanya.

“KEJUTAN!”

Bola mata Donghae bergerak melambat, pada mereka yang begitu ramai terlihat. Ada banyak orang, tahanan lain beserta para polisi yang ia kenal. Mereka mengenakan topi-topi aneh dengan bentuk bermaca-macam. Dengan balon-balon di tangan mereka dan beberapa kotak hadiah di tangan masing-masing. Suara terompet ikut meramaikan suasana, dan ada begitu banyak ucapan..

“Selamat ulang tahun! Selamat ulang tahun, Hae! Selamat ulang tahun!”

Sangat ramai! Sayang tak ada reaksi berarti dari Donghae. Dia diam dan nampak terkejut, serta mengerjapkan matanya lemah. Bukan raut terkejut bahagia, namun semua mata mengartikan, bahwa ia sedang kebingungan.

Sedang Donghae menatap Kyuhyun yang ternyata ada disana, turut bergabung meski hanya berada di sudut ruangan. “Apa i.. ni?” tanya Donghae meragu.

Semua orang disana terdiam menyaksikan keanehan dari gurat bingung di wajah Donghae. Kyuhyun mengambil langkahnya untuk mendekat perlahan. “Kenapa? Apa kau terlalu terkejut dengan ini semua? Maafkan kami,” risau Kyuhyun.

Namun Donghae memundurkan langkahnya. Perlahan tapi pasti ia balikkan tubuhnya dan bergerak begitu pelan dan lemah. Ia hampiri pintu keluar dan berjalan lemas. Satu telapak tangannya ia gunakan untuk memegangi dinding karena merasa kedua lututnya lemas seketika.

“Siapa nama orang tuamu? Berapa usia mereka?”

Bola mata Donghae bergerak gelisah. Nafasnya begitu samar. Ia tetap berjalan dengan banyak pikiran-pikiran yang menggerayangi benaknya.

“Berapa tanggal lahirmu? Apa kau ingat?”

Srak.

Kakinya melangkah terpaksa, dan bahkan tidak terangkat. Hanya bergesekan dengan lantai, terlihat dipaksakan. Batinnya dilanda ketakutan yang luar biasa dan bertanya-tanya dalam diam. Benar-benar lupa ada apa di tanggal tersebut, dan ia merasa ini nampak berbeda. ‘Ulang tahun? Siapa? Aku? Hari ini?’

Tak tahan, pada akhirnya sorot mata yang nampak gelisah itu melemah dan menutup perlahan. Ia tak lagi mampu membawa tubuhnya untuk pergi menjauh.

Tubuh itu merosot jatuh ke lantai dalam keadaan tak sadarkan diri. Membuat jeritan-jeritan atas namanya mengguar begitu saja dan merusak pesta yang ada. Donghae, tak tahu lagi apapun dan hanya terlelap.

Suatu hari..

Sudah sangat lama. Berbulan bahkan Kibum melupakan hidupnya sendiri. Hanya mencari Donghae dan Donghae ke setiap pelosok Korea jika mampu dikatakan berlebihan. Namun ini benar adanya. Ia habiskan waktunya, uangnya dan ia korbankan segalanya untuk mencari Donghae, namun semua menjadi sia-sia karena Donghae tak kunjung ia temukan.

Mungkin kediaman Donghae adalah obat tersendiri baginya. Dimana sedikitnya ia masih bisa mengenang detik dimana sang pemilik rumah masih berada disana bersamanya, menyambut dia sebagai tamu di rumah tersebut. Bahkan selalu Kibum mengingat setiap sudut tempat yang pernah ia jamah bersama Donghaenya.

Ada pula terpajang beberapa gambar Donghae yang telah Kibum rapihkan. Namun sayang hatinya selalu sakit saat mengingat ‘dia’ tak ada. Donghae tak ada.

Maka Kibum hanya terduduk di atas sofa sambil merenung dan lalu tersenyum kecut. Ia lupa dan sangat ingin menyampaikan kepada Donghae, bahwa ia tak akan lagi keluar dari Korea untuk meninggalkannya. Tidak perlu! Karena..

“Kau jahat, Bryan! Kau meninggalkan kami begitu lama, melupakan anakmu yang sedang sakit! Berkilah pada urusan kerjamu padahal itu semua? Kau pembual!”

“Lalu apa maumu sekarang?”

“Apa mauku? Kau tak menyesal mendengar kematian anakmu, huh? Bahkan dia memanggil namamu dan menanyakan dirimu di akhir hidupnya! Tapi kau kemana? Kau bersenang-senang dengan selingkuhanmu yang laki-laki itu! Brengsek!”

“Maaf..”

“Aku ingin kita berpisah saja! Jangan pernah lagi menemuiku..”

Kibum memutar gelas berisikan minuman hangat yang tengah menemaninya. Hanya sebatas kopi, bukan minuman keras yang sepertinya mampu membuatnya mabuk dan sejenak membuatnya lupa pada apa yang terjadi. Namun ia sadar untuk tetap menjaga tubuhnya sebelum Donghae ditemukan.

Meski iapun meratap atas kematian putranya, namun semua terlanjur terjadi. Semua sudah terjadi dan ia sudah tak mungkin untuk melangkah mundur. Sehingga ia putuskan untuk berpisah dengan istrinya, karena tak ada lagi alasan untuknya bersama dengan wanita tersebut.

Sehingga hanya Donghaelah kini, karena memang Donghae yang menjadi alasan dirinya tetap bertahan dengan semua yang ada. Meski sulit ia raih. Meski pahit ia telan. Meski sakit ia lalui. Begitu sulit, pahit dan sakit ketika ia harus melalui waktunya dengan rindu yang begitu membuncah. Ia tak tahu jika rasa cintanya begitu besar hingga sejauh ini.

“Hae..”

Desahnya kemudian. Ia simpan gelas di tangannya, dan lalu merundukkan wajahnya agar tenggelam di antara lututnya. Ia ingin menangis dan mungkin sedang menangis..

Donghae ada. Ia masih berada dalam setiap iringan detak jantungnya sendiri. Berusaha tersenyum, meski untuk saat-saat ini, tepatnya setelah kejadian tumbangnya hari itu, hari ulang tahunnya yang mana ia sempat tak ingat, ia semakin heran dengan tingkah siapapun yang berada di sampingnya.

Termasuk sedikit keringanan pada hukumannya. Tak lagi dipekerjakan berat di dalam sel sebagaimana biasanya. Selalu mendapat menu makanan berbeda dan juga mendapat jatah istirahat lebih banyak. Bahkan ruangannya dibuat terpisah dengan yang lainnya. Ia tak lagi menghirup udara dalam ruangan yang sama bersama Kangin dan Changmin. Ruangannya kini lebih bersih terawat, meski Donghae mengira ruangan itu seperti sebuah ruangan rawat inap.

Juga kali ini. Tepatnya detik ini, sebagaimana detik jam yang terdengar terus berjalan. Kali ini ia menatap heran pada satu wajah yang sering ditemuinya akhir-akhir ini. Donghae hanya memandang dia yang terlihat sibuk menulis. Dia, sosok pria paruh baya yang akhirnya bertanya dalam sibuknya. “Aku lupa. Ini hari apa, Hae?”

tanyanya pada Donghae. Mengutarakan nama Donghae seolah dia telah begitu akrab dengan Donghae. Padahal..

“Aku heran mengapa kau begitu rajin mengunjungiku setiap tiga hari sekali, uisa-nim!” rutuk Donghae dalam kesal yang dibendungnya. Ia utarakan kesalnya pada dia, sang dokter pribadi utusan seorang Cho Kyuhyun dengan beberapa ijin ketat yang mampu ditembus oleh Kyuhyun. Donghae merasa tak habis pikir karenanya.

“Tentu kedatanganku bukan untuk main-main saja, Hae..”

Donghae terlihat kesal dan menekuk kedua tangannya. “Bukan untuk main-main? Tapi setiap kau datang, kau hanya menanyakan hal yang tidak penting! Lagipula, bukankah kau bilang aku hanya kelelahan sehingga pingsan hari itu?”

Sang dokter hanya terus menulis sambil sesekali membenahi kacamata yang dipakainya.”Aku perlu untuk memastikan sesuatu darimu..”

“Tapi kau sama sekali tak menjelaskan padaku. Membuatku bingung!” umpat Donghae.

“Apa kau pingsan lagi akhir-akhir ini?”

Donghae memutar malas bola matanya. “Sudah mulai bertanya, eoh?” gumamnya terlihat sangat sebal dan enggan menjawab pertanyaan terakhir sang dokter. “Katakan pada Kyuhyun untuk berhenti membayarmu agar kau tak perlu repot-repot kemari!” ujarnya terlihat keras kepala.

“Kumohon,” sanggah sang dokter. “Hanya jawab saja pertanyaanku, ya?” bujuk sang dokter.

Sejenak Donghae memandang sang dokter. “Apa ada yang salah denganku?” ucapnya menjadi ragu.

“Untuk itulah aku perlu memastikannya, bukan? Dan akan kukatakan jika aku sudah benar-benar yakin akan hasilnya..”

Perlahan Donghae mengangguk. Rasa penasaran akan keadaannya sendiri tiba-tiba saja mengguar. Begitu kental mempengaruhi otaknya, sehingga ia menjadi serius, untuk menyimak tiap tanya dari sang dokter.

“Ini hari apa?”

 “Kau memiliki saudara? Dimana ayahmu tinggal sekarang?”

“Kau ingat mengapa kau bisa berada disini sekarang?”

Selepas sang dokter pergi, Kyuhyun segera memasuki ruang dimana Donghae masih berada di dalamnya. Donghae masih terduduk di tempatnya. Ia menundukkan wajahnya, seperti tak membiarkan siapapun melihatnya. Wajah lesu itu. Wajah pucat itu, selalu membuat Kyuhyun menjadi cemas. “Hyung..” panggilnya perlahan.

Donghae enggan bergeming..

Kyuhyun menarik kursi yang ia pikir, itu adalah bekas duduk sang dokter tadi. Karena memang hanya ada satu meja dan dua kursi di ruangan tersebut. Ia tarik kursi tersebut dan lalu memposisikan dirinya di samping Donghae. Ia tepuk pundak Donghae perlahan. “Kenapa? Apa yang kau pikirkan?”

Donghae seperti terkejut, padahal Kyuhyun hanya melakukan kontak fisik perlahan. Dengan cepat Donghae mengangkat wajahnya. “Kibumie..” desahnya pada Kyuhyun.

Huh? Kyuhyun terkejut karena tertuang nama lain dari mulut Donghae untuknya. Kibum! Donghae memanggilnya Kibum membuat Kyuhyun diam.

Namun tak lama berselang, setelah mengerjapkan matanya berulang-ulang, Donghae nampak bingung dan putus asa. “Kenapa melihatku seperti itu, Kyu? Apa aku mengucapkan sesuatu yang salah?” ucapnya dengan sadar. Ia sudah benar-benar melihat Kyuhyun sekarang.

Kyuhyun segera menggeleng dan mengusap punggung Donghae, bersikap seolah dirinya mengerti. “Kau begitu merindukannya?”

“…”

Donghae nampak diam. Sesungguhnya Kyuhyun mengetahui sesuatu. Hal yang terjadi pada diri Donghae. Segala perkembangannya tentu saja Kyuhyun mengamati. Dokter yang datangpun adalah atas titahnya, kan? Jadi bukan hal yang sulit bagi Kyuhyun untuk mengetahui. Terlebih..

“Kita harus melakukan cek lebih lanjut untuknya..”

Kyuhyun sedikit menghela nafasnya. “Hyung, aku akan urus semua ijin agar kau dapat diperiksa secara menyeluruh..”

“Kenapa?”

“Karena kau harus!”

Semenjak tes itu dilakukan atas dirinya, berikut sebuah hasil kesehatan yang diterimanya, Donghae tak mampu lagi menanggapi apapun. Wajahnya semakin larut dalam sebuah keputus-asaan. Lantas apa yang terjadi?

Mengapa sejak hari itu, Donghae selalu menanyakan Kyuhyun? Selalu meminta Kyuhyun di tiap harinya.

Sederhana saja. Ia selalu menanyakan Kyuhyun yang lalu akan datang membawa secarik kertas beserta alat tulis untuknya. Kyuhyun yang lantas mengajarinya bahasa asing, sebagaimana permintaannya sendiri. Alasannya?

“Aku ingin menulis ungkapan hatiku untuknya. Hingga jika aku sudah benar-benar melupakan semuanya nanti, ia masih dapat mengetahui, bahwa aku selalu mencintainya. Sayang sekali, aku harus menulisnya dalam bahasa asing. Bantu aku, Kyuhyunie..”

Di minggu pertama Kyuhyun mampu mengajari Donghae dengan baik. Ia bimbing Donghae untuk menulis tiap ungkapan hatinya. Satu surat dapat dibuatnya dalam jangka watu kurang lebih dari satu minggu. Sulit memang, namun Kyuhyun dengan sabar membimbingnya, meski rasa cemas itu menghantuinya setiap saat.

Bahkan Kyuhyun kehilangan makna dari tiap sorot mata Donghae di tiap harinya. Ia selalu berusaha menatap Donghae, hanya untuk menemukan makna hidup dalam kedua bola mata itu. Namun bahkan Donghae saja semakin lupa akan detik hidup yang ia lewati sendiri.

Donghae mungkin tak sadar, dan tak mengerti akan cemas Kyuhyun. Hari itu, sudah menginjak dua bulan dan sudah 6 surat yang dibuat Donghae, untuk Kibum, Kyuhyun mengetahuinya.

“Kau simpan dimana suratnya, hyung?”  tanya Kyuhyun tiba-tiba saat melihat Donghae melipat suratnya yang terakhir.

“Rahasia..” gumam Donghae sambil mengulum senyum di balik bibir pucatnya.

Kyuhyun mendengus kecil. “Kau yakin tak ingin aku menyerahkannya langsung pada Kibum?”

Donghae menghentikan kegiatannya sejenak dan menatap Kyuhyun. “Aku tidak tahu kapan aku akan mati, Kyu,” lirihnya. Ia menunduk untuk menatap lipatan kertas di tangannya. “Tapi aku ingin, surat ini sampai saat aku telah tiada nanti..”

“Hyung..”

“Jika dia menerimanya sekarang, dia akan mencariku, Kyuhyunie! Dan aku tak ingin ia melihatku disaat seperti ini..”

Kyuhyun mencelos. Alasan sama yang selalu Donghae berikan untuknya. Sebuah alasan yang mana Kyuhyun harus berusaha untuk mengerti. Dengan enggan Kyuhyun menutup kedua matanya, menyimpan sejenak lelah hatinya disana. Semua sungguh melelahkan dan membuatnya sakit. Melihat Donghae seperti sekarang, seolah mencabik hatinya. “Hyung..” lirihnya.

“Hasilnya, Donghae mengidap Alzheimer..”

Beberapa hari kemudian di tempat lain, sepasang mata terjaga pada sebuah tempat dimana mobil-mobil mewah terparkir disana. Sepasang mata itu melihat tajam ke arah sesosok pria cukup kurus yang berjalan ke arah dimana beberapa orang berjaga di depan sebuah pintu.

Dia yang tengah bersembunyi itu merutuk kesal. “Sial! Aku yakin Eunhyuk tahu dimana Donghae sekarang, Yun!” rutuknya yang adalah Jaejoong. Nyatanya ia tak sendiri, karena Yunho ada di sampingnya dan bersembunyi bersamanya.

Sebal Jaejoong rasa, saat Yunho hanya menyentuhkan punggungnya santai ke dinding dan menghisap lembut rokoknya dengan santai. Di antara lorong yang nampak gelap itu akhirnya Jaejoong menyikut perut sang kekasih cukup kuat dan membuat Yunho meringis karenanya. “Brengsek kau! Seharusnya kau bisa lebih  bertanggung jawab!” rutuknya.

“Ayolah Jae, aku..”

“Aku bisa menemui Eunhyuk jika saja para pengawal istrimu tak berjaga disana, Jung Yunho kau laknat!”

“Jae, aku tak mengerti mengapa kau lebih banyak memarahiku akhir-akhir ini!” kesal Yunho.

“Kau masih bertanya kenapa?” tuntut Jaejoong. “Semua karena ulahmu dan tidakkah kau berfikir untuk menebus kesalahanmu? Seharusnya kau yang lebih bisa menyikapinya!”

“Memangnya kau pikir apa yang bisa kulakukan?!” geram Jung Yunho pada akhirnya, karena tak tahan atas tuntutan yang selalu dilayangkan Jaejoong padanya.

“Aku harus menemui Eunhyuk, bagaimanapun caranya..”

Yunho mengernyit. “Apa maksudmu?”

Jaejoong menatap sendu ke arah kekasihnya. “Kita berpisah saja, Yun,” ucapnya membuat Yunho terperangah. “Kita sudahi saja, dan kembalilah kau pada istrimu. Dengan begitu mereka tak harus lagi menghantui setiap langkahku seperti ini. Aku sakit, Yun! Aku terpenjara karenamu. Kumohon..”

“Sayang..”

Jaejoong menggeleng keras. dan menolak sentuhan Yunho di wajahnya. “Kumohon pergilah. Aku harus menemukan Donghae sekarang. Aku begitu bersalah pada mereka. Pada Donghae dan juga Kibum..”

“Haruskah?”

Jaejoong mengangguk meski terlihat ragu. “Kecuali jika kau mau mengatakan yang sebenarnya. Tentang hatimu? Apa kau  sungguh mencintaiku?” tanyanya sambil tersenyum di antara tangan Yunho yang mulai mendekap tubuhnya.

“Aku mencintaimu..”

Kembali Jaejoong tersenyum. “Aku tahu itu. Aku percaya padamu. Sayang kita harus tetap berpisah, Yun. Lepaslah aku jika belum bisa melepas semua harta yang sesungguhnya berasal dari tangan istrimu,” tutur jaejoong, mulai merasakan lembutnya sentuhan bibir kekasihnya itu di wajahnya. Apa yang dia ucapkan?

Sesungguhnya Jaejoong tahu, alasan Yunho tak mampu meninggalkan istrinya, karena semua kekayaannya adalah milik istrinya. Dan untuk apa Jung Yunho mempertahankan itu semua? Karena..

“Aku tak lagi butuh uangmu, Yun. Bagaimana jika kukatakan aku lebih membutuhkanmu?”

Ya. Selama ini Yunhopun tetap bertahan dengan sang istri, hanya demi uang yang juga ia berikan demi setiap kepuasan kekasihnya, Kim Jaejoong. Lalu sekarang?

Yunho tersenyum mendengar pernyataan terakhir Jaejoong. Ia tahu ia harus memilih, namun Jaejoong terlalu picik dan ia tahu maksud dari perkataannya. “Baiklah, aku pergi. Dan tunggu aku..”

Jaejoong hanya mampu mengangguk di kecupan terakhir mereka. Selebihnya ia hanya mampu menatap Yunho yang menampakkan wajahnya pada pengawal istri sungguhnya itu, hingga berakhir dengan mereka yang memenjarakan tubuh Yunho dan menyeret tubuh Yunho seketika.

Miris. Namun apa lagi yang mampu Jaejoong lakukan? Ia hanya meraih ponselnya dan menghubungi Kibum. “Ya, Kibum-ah! Aku tahu orang yang mungkin saja tahu tentang keberadaan Donghae!”

Bunyi kaki yang menapak lantai begitu terdengar di antara lorong yang ada. Itu adalah kaki Donghae yang berniat kembali untuk menemui tamu yang menjenguknya. Siapa lagi? Tak ada yang lain bukan? Hanya seorang Kyuhyun.

Kini ia bisa berada di satu ruangan bersama Kyuhyun tanpa pembatas. Ia duduk tepat di hadapan Kyuhyun terhalang satu meja kecil saja.

“Bagaimana kabarmu hari ini, hyung?”  tanya Kyuhyun dengan senyumnya. Sesungguhnya senyum di wajahnya terlalu terlihat bagai sebuah paksaan. Begitu sulit bagi Kyuhyun untuk menampakkan senyumnya seperti biasa jika dilihat, Donghae begitu pucat. Matanya begitu kosong seolah tak bermakna.

Maka segera Kyuhyun meraih jemari Donghae dan meremasnya. “Kau baik-baik saja, kan? Jika tidak enak badan, maka hari ini kita tidak usah melanjutkan menulis suratnya, ya? Kau harus banyak beristirahat..”

Donghae nampak tak menyahut banyak atas usul Kyuhyun. Ia hanya berkedip dan menatap Kyuhyun. “Aku ingin melanjutkannya, Kyu..” lirihnya.

“Tapi hyung..”

“Kumohon!” ratap Donghae. Ia tengah memohon pada setiap kalimat yang akan ia tuangkan dalam suratnya. Surat yang setiap hari dibuatnya. Untuk Kibum. Untuk setiap lantunan cinta dan rindunya pada Kibum yang tak bisa ditemuinya hingga detik tersebut. Dan hanya Kyuhyun yang mampu membantunya.

“Tapi kau harus istirahat,” tolak Kyuhyun dengan halus.

“Lalu, kenapa kau menjengukku sekarang jika kembali menyuruhku istirahat, huh?” dengus Donghae dalam nada lemahnya.

Kyuhyun tersenyum lembut. “Baiklah, tapi pelan-pelan saja, eoh? Sambil mengingat tiap kata asing baru yang kau temukan. Di dengar, lalu kau tulis dan lalu kau ingat!”

Donghae menunduk sambil menggenggam pensil di tangannya. Ia nampak kesulitan saat menulis. Seperti kehilangan kosakata yang ia dengar dari Kyuhyun. Lupa menulisnya seperti apa. Dan Kyuhyun mengerti. Bahkan cara Donghae memegang pensilnya saja telah salah. Ia tahu sang hyung mulai melupakan hal-hal kecil yang sering dilakukannya.

Kyuhyun merasa hatinya semakin cemas dan berdesir perih. Dilihatnya Donghae yang semakin erat memegang pensilnya dengan wajah menunduk. Tak ingin banyak bertanya, Kyuhyun segera meraih pensil tersebut. “Biar kutuliskan saja, bagaimana?” tawar Kyuhyun. “Kau katakan saja apa yang ingin kau katakan, akan kutulis semuanya..”

Donghae sempat diam. Ia lalu mendongak untuk menatap Kyuhyun. “Aku ingin mengatakan semuanya, Kyu. Apa Kibum akan membenciku jika tahu, aku telah membunuh ibuku sendiri? Aku takut..”

“Kau memiliki alasan melakukannya, kan? Dia tak akan marah dan benci padamu, hyung..”

Donghae kembali menundukkan wajahnya yang begitu murung..

“Sudah kubilang untuk beristirahat saja, kan? Sebaiknya ku antar kau kembali, ya?”

Donghae hanya diam pada akhirnya, seperti tak tahu harus menjawab, berbicara dan melakukan apa? Tak melakukan apapun, meski Kyuhyun telah membimbingnya untuk berdiri. Membawanya keluar dari ruangan tersebut.

Mereka beriringan berjalan, ditemani oleh satu penjaga yang menyambut mereka sejak dari pintu ruangan tadi. Senyap, selalu tak ada percakapan ketika hal itu terjadi di tiap harinya. Hanya ada Kyuhyun yang selalu menuntun Donghae, membawa jemari Donghae oleh jemarinya.

Sesungguhnya hal yang dibenci Kyuhyun, adalah disaat tersebut. Saat dimana pintu sel yang memenjarakan Donghae semakin mendekat pada mereka. Jantungnya selalu berdebar takut, terlebih ketika Donghae telah memasuki jeruji besi itu dan sang kunci telah bekerja sebagaimana mestinya. Memisahkan mereka di tiap harinya..

Sama dengan saat ini. Tak ada yang berubah. Pintu sel besi itu telah nampak di hadapan mereka. Hampir dekat, hingga sebuah suara hadir di antara mereka dengan tiba-tiba.

“Donghae?”

Tap. Tap.

Suara derap langkah yang terdengar cepat membahana di lorong itu. Donghae memutar tubuhnya perlahan, begitupun Kyuhyun dan sang penjaga di sampingnya. Namun, Kyuhyun segera membuka lebar matanya menampakkan satu keterkejutan.

Berbeda Dengan Donghae yang mengerjapkan matanya, dan nampak bingung dengan dua wajah di ujung lorong sana. Salah satu di antara mereka bergerak cepat ke arahnya. Setengah berlari membuatnya takut dan mempererat genggaman Kyuhyun di tangannya. Sosok itu benar-benar seperti akan menyerangnya saat itu juga. Namun..

Sret.

BUGH!

Semilir angin begitu cepat mengenai wajah Donghae saat sosok itu melewatinya dengan cepat. Dingin terasa. Ada suara ribut di sampingnya setelah itu. Donghae telah sadar, bahwa dia yang menghampirinya tadi, tidak menyerangnya dan kini tengah menyerang Kyuhyun yang telah terbaring di lantai.

Donghae masih berfikir. Memang begitu lamban, namun ia tetap mencerna segalanya. Ada perkelahian hebat kini di dekatnya namun ia tak bergeming sedikitpun. Berfikir. Ia tetap berfikir. Ia abaikan ribut yang ada, meski perlahan kakinya melangkah mundur untuk menjauh.

“Hae..”

Sosok lain muncul tak jauh di hadapan Donghae, dan Donghae melihatnya. Wajah cantik yang membuatnya berfikir hebat. Ia lupa. Ia lupa siapa pria cantik tersebut. Ia terlalu banyak berfikir membuat nafasnya tak beraturan, menandakan ia begitu lelah seketika. Tubuhnya telah bersandar pada dinding yang dingin.

Sedang seorang penjaga polisi itu akhirnya berhasil meredam perkelahian tiba-tiba tersebut. Ia tarik Kyuhyun dengan luka cukup parah di wajahnya, sedangkan sang penyerang telah terlihat puas dengan bercak darah di punggung tangannya. Itu darah Kyuhyun. Ia nampak bangkit dan sama sekali tak peduli pada luka Kyuhyun. Dengan nafas memburu ia berbalik untuk menatap Donghae yang tengah bersandar di dinding tak jauh darinya.

“Jangan, hyung..”

Donghae mengernyit saat sosok itu melarang sang pria cantik yang akan menyentuhnya. Donghae melihat, saat dimana sosok dengan darah di tangannya itu menggeleng pada sang pria cantik begitu putus asa.

“Jangan sentuh dia, kumohon..”

Semakin Donghae mengernyit kuat. Sosok itu menghampirinya dan mengusap wajahnya begitu mereka mendekat. Sedang Donghae berusaha untuk melihat dan mengingat wajahnya. Ia masih nampak terkejut, hingga sosok itu memeluknya. Seketika sebuah harum tubuh diingatnya. Irama debaran jantung dari sosok yang memeluknya itu, Donghae dapat merasakannya dengan jelas dan ia hafal. Maka kedua matanya menutup untuk meyakinkan dirinya sendiri.

Donghae arahkan jemarinya untuk menggapai permukaan punggungnya. Punggung dia yang kini mendekapnya dengan penuh, dan begitu erat. Donghae tetap mengingat, merasakan hingga satu bulir air mata nampak mengalir di sudut matanya. Nafasnya berhembus perlahan untuk menumpahkan keterkejutannya.

Dengan ragu kemudian bibirnya mengalunkan sebuah nama dengan getaran dalam nada bicaranya. “Kibum.. bumie?”

“Hm?”

Donghae membuka matanya kala mendengar suara yang telah lama tak ia dengar. Begitu menggema merasuk ke dalam pendengarannya. “Ini benar-benar kau?” bisik Donghae yang teredam bahu Kibum.

“Ya..”

“Apa aku bermimpi?”

“Tidak, Hae. Aku disini..”

Tak ada yang mampu menghentikan pertemuan tersebut kini. Pertemuan dua raga setelah sekian lama terpisah. Mengajak seorang Kim Jaejoong menutup mulutnya sendiri agar tak mengeluarkan isakan harunya. Membuat seorang Cho Kyuhyun berani untuk mengatasi rasa sakitnya sendiri dan melihat semuanya. Ia bahkan menghentikan beberapa polisi yang tiba-tiba datang dan akan segera bertindak.

“Biarkan. Beri mereka waktu, kumohon..”

TBC

49 respons untuk ‘DEEP AFFECTION [6]

    suhae1005 said:
    Oktober 20, 2013 pukul 11:27 pm

    huuuaaa ,, ini manisss … akankah mereka bersama??? hae, hae gk akan mati kan??

      MINA-HAE responded:
      November 11, 2013 pukul 2:58 pm

      manis? semanis apa? ^^

    Elfishyhae said:
    Oktober 20, 2013 pukul 11:30 pm

    Hueeee. . . Sya terharu lagi eon. Next chapt cpetan ne. .

      MINA-HAE responded:
      November 11, 2013 pukul 2:58 pm

      sudah di update, 😀

    rini11888 said:
    Oktober 21, 2013 pukul 2:07 am

    Kibum ktmu donghae,akhirnya…tp kyunie??

      MINA-HAE responded:
      November 11, 2013 pukul 2:58 pm

      kyunie? gtauuuuu~ Y_Y

    BryanELFishy said:
    Oktober 21, 2013 pukul 6:50 am

    Eonnie
    saya terhuraaaaaaaa~ >..<
    biarinlah yang laen apa kata mereka pokoknya harus KiHae……. \(^_^)/

      MINA-HAE responded:
      November 11, 2013 pukul 2:57 pm

      terhura teh apa Bryan?? LOL

    dewiikibum said:
    Oktober 21, 2013 pukul 7:00 am

    ahh rasanya kalau aku ada disamping kak minah pengen aku ubah tulisannya ini..

    kenapa selalu begini.. kasian kan hae nyaa.. huee..

    Hae selalu kak minah nistain.. wkwk

      MINA-HAE responded:
      November 11, 2013 pukul 2:57 pm

      kenapa? gpapa deh di samping saya asal jangan macem-macem! x)

      tidak! sya sayang dongeee, :3

    nia na yesung said:
    Oktober 21, 2013 pukul 10:45 am

    Akhirnya Update Jga 😀 Deep q ^_^
    Makasih Update.a
    aku Sukan BGt Jln Cerita.a, n Puas Juga Hehehe ….
    Pengen.a si di perbanya Chapters.a Biar Seru ^^

    Klo sakit Alzheimer bisa sembuh gak ???
    Gak Buat Yang mengidap Meninggal Kan ?
    Hae bisa Ketemu Jg sma Kibum
    walau agak susah ngingetnya,
    Aku tunggu Kelanjutan Deep.a^^

    Love U Hehehe . . .

      MINA-HAE responded:
      November 11, 2013 pukul 2:56 pm

      ‘deep-mu’ ??? :3 hahahahaha..

      makasih bangeeeeet udah sukaaaaa! jangan lupa tag-an poto dongenya kalo mau ini cepat diupdate, :p sudah saya lanjuuut, 🙂

    donghae elfishy said:
    Oktober 22, 2013 pukul 2:30 am

    kereeeeeeeeeeeeennnnnnnn…………….

      MINA-HAE responded:
      November 11, 2013 pukul 2:55 pm

      makaaasih, 😀

    shin Y said:
    Oktober 23, 2013 pukul 12:30 am

    eooonniii jahaaaaaaaaattttt,,, nyeseeeeeeeeeeeeekkk.. knpa harus seperti ini??? WAE wae waeeee???

      MINA-HAE responded:
      November 11, 2013 pukul 2:55 pm

      jangan benci saya!! pulissssshhh! x) memang harus begini, :3

    yolyol said:
    Oktober 23, 2013 pukul 5:33 am

    Tuh kan bner,alzemer…

    hhh…tp untungnya donghae msh ingat dgn kibum…pdhal luamayan lm kihae gk slg ktemuan…

    onde….menyedihkan…anak kibum meninggal dan donghae menghilang,sklinya kihae ktemuan lg mlh disaat yg plg menyedihkan…*hugKyupil…

    gmana pun cinta bertepuk sblh tangan itu Jleb banget…tp untuk KiHae jg prasaan momennya miris-miris amat…nth donghae bsa sembuh ato gk,yg nentuin sbnernya bkn dokternya,tp yg nulis ffnya *plaaakk…

    Sad ending yaaaahhh,mina-chan..request loohh….*smirk

      MINA-HAE responded:
      November 11, 2013 pukul 2:54 pm

      requestnya sadend??? :O yakin??

      emang terserah saya sih ini, emmmh~ asih tau gak ya? LOL

    haelfishy said:
    Oktober 23, 2013 pukul 5:37 am

    astg knp hae hrz mendrt pxkit i2 seh.jgn blng hae bkaln meninggal lg..apa dy bkaln lp pd kibum??

    haelfishy said:
    Oktober 23, 2013 pukul 5:38 am

    astg knp hae hrz mendrt pxkit i2 seh.jgn blng hae bkaln meninggal spt ff kamu laenx..apa dy bkaln lp pd kibum??

      MINA-HAE responded:
      November 11, 2013 pukul 2:53 pm

      FF saya yang mana? gak semua Hae meninggal kok, T_______T lupa sih udah jelas, :/

    leesooyoungelf said:
    Oktober 23, 2013 pukul 11:59 am

    Jgn bikin hae ny mati dong….
    G kuat nangisny

      MINA-HAE responded:
      November 11, 2013 pukul 2:52 pm

      jangan nangis kalu gak kuat. hahahaha~ *peace~

    casanova indah said:
    Oktober 23, 2013 pukul 1:43 pm

    omo!! apa yg terjadi dg donghaeku???
    kurus kering, pelupa lagi.. udah ga sekseh lagi dongggg…
    Kyu… saranghae.. kau sll menjaga donghae walaupun keadaan donghae yg spt itu..
    bahkan dg semua perhatianmu hae ttp ga bisa ngelupain kibum…
    eh, knapa jaejoong malah mukul Kyuhyun??
    ga tau dia kl selama ini kyu yg sll ngejagain Hae di penjara..
    whuaaa.. KiHae ketemu???
    apa yg akan terjadi skrg?? apa donghae akan mati??
    kan kasian kibum, udah kehilangan anak’a n’ harus kehilangan donghae juga..
    huweeeeee….. *mewek 😥

      MINA-HAE responded:
      November 11, 2013 pukul 2:52 pm

      jangan salah! dia makin kurus makin sekseeeh lho, :p

      kyuhyun saya buat jadi pria manis nan setia disini. cukupkah? ^^ itu yg mukul kibumie lhho bukan Jae~ yang terjadi? baca chapter 7-nya saja…

    nieacloudsyewon said:
    Oktober 24, 2013 pukul 2:09 am

    ternyata bnr dugaan aq klo Hae mengiap Alzheimer ‘bnr ga tulisanny ? . . . apa end ny Hae bakal mati ? TIDAAAAAAKK !!! ,Klo Hae mati kibum jg hrs ikut . . . XD .Jd ny kan merela tak terpisahkan …

      MINA-HAE responded:
      November 11, 2013 pukul 2:51 pm

      iya bener. 😀

      mati dan tidak, tergantung saya? x)

    taRie_ELFishy said:
    Oktober 24, 2013 pukul 4:26 am

    Whoaaaaa…
    Saya nangis baca nya..
    Peullissss..
    Knpa Nasib Hae kyk gitu ??
    Udah di penjara,, kena penyakit ALzheimer pula..
    Author_nim…
    Lanjutan nya jgn di protect dong,,
    Gak usah pke NC gpp,,
    Yg pntg gak di protect..
    Yaaa yaaa..
    Maaf saya jarang komen pdhal saya udah baca smua ff dsini..
    Maaf..

      MINA-HAE responded:
      November 11, 2013 pukul 2:50 pm

      kaya begitu bagaimana ? :3

      gk diprotect kok, selamat baca ya, 😀 gpapa, makasih karena sekarang mau komen, hehe..

    amyla1994 said:
    Oktober 25, 2013 pukul 10:50 am

    kok tbc sich,,,??
    tanggung tuch tbcnya eon,,,
    pnsran sma lnjutannya,,apa hae jga akan mati di sini,,???
    cepat di lnjut ya eonni,,,!!

      MINA-HAE responded:
      November 11, 2013 pukul 2:49 pm

      karena memang harus TBC! x) udah dilanjut ya, ^^

    Dydy said:
    Oktober 25, 2013 pukul 12:43 pm

    Huwaaa~
    hae knapa bisa sampe sakit alzheimer sih? Pasti dia tertekan banget sama keadaannya yg sekarang..
    Akhirnya, Kibum bisa nemuin hae.. Terharu banget. Hae gak akan mati kan??
    Kasian juga sih ngeliat kyu..

      MINA-HAE responded:
      November 11, 2013 pukul 2:49 pm

      pokoknya sakit aja Haenya, hehehehe..

      gak mati? kira-kira kalo alzheimer? T_____________T

    namikaaileen said:
    Oktober 26, 2013 pukul 1:14 am

    Wow wow wow…update 20 oktober? Tgl brp skrg ya? -…-a

    aaaaaaaaa eonnie~ .. Coba aku ikutan jdi cast disini :3 aku bkal sogok hakim jaksa buat ngebebasin donge … Lgi… Ini bikin terenyuh bukan tereunhyuk -..,- ini ff terlalu manis untuk kihae berpisah eonn :3

      MINA-HAE responded:
      November 11, 2013 pukul 2:48 pm

      udah bebas haenya!!! Kau senang? ^^ apaan tereunhyuk? -_-“

    cece said:
    Oktober 26, 2013 pukul 6:31 am

    Keren thor q suka….
    Kasihan banget si hae…….
    Ditinggu kelanjutan ff yg lain…..

      MINA-HAE responded:
      November 11, 2013 pukul 2:48 pm

      makasih udah suka, :’))

      chapter 2 menyusuuuul~

    Vee Kim-SooHyun said:
    Oktober 29, 2013 pukul 3:43 am

    Yeeee!! Akhirnya kibum pisah juga sama istrinyaaaa 🙂 *jogeddd
    Kenapa ff ini selalu bikin aku nangis di detiap chap nyaa T.T , eon itu penyakit apa sih? Yang di derita donghae?
    Jangaaan pisahkan kihae lagiiiii yaaaa? Ini nyeseknya sudah lebih dari cukup.

      MINA-HAE responded:
      November 11, 2013 pukul 2:47 pm

      masa? yang chapter depan semoga gak bikin nangis ya, :3 saya jelaskan pula penyakitnya disana.

    auhaehae said:
    Oktober 29, 2013 pukul 10:30 am

    knp degn donghae?? knp dia skit??
    makin seru aja makin seru

      MINA-HAE responded:
      November 11, 2013 pukul 2:46 pm

      terima kasih, 😀 haenya baik-baik saja, hehehehe..

    Gihae Lee said:
    Oktober 30, 2013 pukul 12:54 pm

    mengharukan.. tragis.. romantis… 😥 jaejoong and bumie tau dri hyuk ya.? kok hyuk bisa tau.? kan cuma kyu ajayg tau…

    hmm donghae ku slalu malang di semua ff mu eonni… 😥 tpi suka kok suka… #dibombaby
    eonnii happy ending neee…

    hwaiting..
    cepet update lagi..

      MINA-HAE responded:
      November 11, 2013 pukul 2:46 pm

      soal hyuk saya jelaskan di chapter depan. tapi harus baca dulu dari reflect me sih sebenernya, :/ kau tak apa baca KiHae, GiHae? kalo gak bisa jgn maksain, :p

      donghae malang? bayarannya mahal sih dia, jadi harus mau, x)

    ida elfishy said:
    Oktober 31, 2013 pukul 2:48 pm

    Sedih bng crtanya,ko ga di jlasin itu jnis pnyakit apa?
    Donghae ga mati kan???

      MINA-HAE responded:
      November 11, 2013 pukul 2:41 pm

      penyakitnya? sebenernya sih ini penyakit udah mondarmandir di banyak drama korea. tapi cukup saya jelaskan di chapter berikut meski sedikit gpapa ya, ^^ makasih untuk komennya, 😀

    ndah951231 said:
    November 13, 2013 pukul 1:24 am

    apa ini?? O.o
    kok Hae semakin parah aja penyakitnya??
    huweeee :'((

    eonni~~
    ini sedih banget tau Hae begini 😥
    jujur aja tadi sempet ada niat mau berhenti baca, tp masih penasaran dong kalo gak lanjut..

    baguslah udah ketemu,
    mari baca yg selanjutnya dulu XD

    laila mubarok said:
    April 3, 2014 pukul 6:46 pm

    uuuuuhhhh… hae.. kyu.. bum..ahhh kyu sudah kau ama aku aja deh.. relakan saja hae ama embum hehehe

    Nelly Key Donghae said:
    Mei 3, 2014 pukul 4:14 am

    saya sampai nahen nafas bacanya eon,,
    akhirnya setelah sekian lama Hae kmbali bisa mmeluk Kibumnya :’)
    miris dgn keadaan Donghae,, Terharu dgn pertemuan mereka :’)
    tetap menyukai peran Kyu disini ..
    ttp lnjut eonnnn ~

    ELFarida said:
    Juni 12, 2014 pukul 5:55 am

    Alzheimer itu apa eonni . .? Donghae gak mati kan eon ?
    Aku smpe nangis bcanya eon . .
    Donghae gak bkal ngelupain kibum jga kan eon . ?

Tinggalkan Balasan ke Elfishyhae Batalkan balasan