SORRY- SORRY

Posted on

SORRY-SORRY

KyuHae Teuk Brothership Fanfiction

Hurt. Oneshot!

Tik..

Tik..

Kyuhyun menopang dagu di dasar jendela sambil mengamati, mungkin juga anak ini menghitung jumlah tetes air yang turun kebumi. Minimal yang melintas di kedua matanya. Tapi karena terlalu banyak, ia menjadi lupa ada berapa ratus tetes, atau mungkin ribu. Jendela saja sudah penuh dengan tetesan air, dan Kyuhyun bosan untuk menghitung lagi.

Hujan telah berhenti.

Bocah itu melirik dan menemukan seseorang sedang terduduk menghadap pada lampu belajar yang menyala. “Hyung..” panggilnya pada sosok tersebut. Ada kapal terbang kertas di sisinya, lalu ia raih dan ia terbangkan pada sosok hyung yang baru saja dipanggilnya.

“Ada apa, Kyuhyunie?”

Kyuhyun menjawab dengan lambat. Ia melirik ke arah jendela. “Hujan sudah berhenti. Kenapa ayah dan ibu belum juga pulang?”

Wajah Kyuhyun sendu, menagih sesuatu yang terasa mengiris hatinya. Dicobanya tersenyum ke arah Kyuhyun, anak yang bahkan masih menghabiskan waktunya di sekolah dasar itu. Belum mampu mencerna setiap keadaan dengan baik. Hanya mampu menebak dengan nalar anak kecilnya, dan mudah sekali jatuh dalam kebohongan. Dunia anak-anak.

“Ini baru jam delapan malam. Biasanya mereka pulang larut, kan?”

Kyuhyun lalu membetulkan kaos kaki yang selalu ia pakai saat tertidur, memang. “Kenapa ibu juga?” tanya Kyuhyun. “Ia tidak pernah pulang larut malam seperti ayah!” bisik Kyuhyun.

Ada senyum di bibirnya, senyum tapi tidak menenangkan dan tidak ada tanda-tanda bahagia. “Ibu harus menemani ayah. Katanya mereka harus bersama-sama..”

Dimatanya Kyuhyun adalah yang utama. Baginya saat ini, Kyuhyun adalah segalanya. Ada tatapan iba ketika dilihatnya Kyuhyun bergulingan di atas tempat tidurnya. Kyuhyun yang kecil nampak kesepian sehingga buru-buru ia hampiri adik kecilnya itu. “Kyuhyunie bermain saja bersama hyung..”

Kyuhyun menggeleng. “Ibu seharusnya sudah membuatkan susu untukku. Aku tidak bisa tidur, Donge hyung..”

Donghae membatin. Benar juga. Bukankah sudah malam? Ia melihat setumpuk buku yang sejak tadi hanya ia pandangi. Semua tugas sekolah belum selesai. Dan ia lupa bahwa dirinya harus membuatkan susu untuk adiknya, kegiatan rutin yang selalu dilakukan ibunda mereka. Sepertinya Donghae harus mengingat dan harus membiasakan dirinya..

Hyung saja yang buatkan, tapi Kyuhyunie harus janji, kau akan tidur, ya?”

Ada anggukan kecil dari Kyuhyun. Bocah itu lalu menggosokan permukaan kain piyama di lengan pada matanya. “Kau juga harus berjanji akan membangunkanku jika ayah dan ibu sudah pulang..”

Donghae menghela nafas. “Iya, terserahmu saja! Diam dan jangan berbuat yang macam-macam, Oukay?”

Ketika Donghae telah selesai, dan kembali ke kamar dengan segelas susu di tangannya, Kyuhyun sudah terlelap dengan kaki menindih bantal sedangkan kepalanya tak beralas. Ia mendengus kecewa, lalu meletakan segelas susu itu dengan sedikit ceroboh di atas meja belajarnya. Ada percikan susu coklat mengenai salah satu bukunya, tak Donghae hiraukan.

Tujuan Donghae adalah membenahi tidur adik bungsunya itu. “Kyuhyunie kau bilang tidak bisa tidur bila tidak minum susumu, eoh?” bisik Donghae. Berkata, bergumam tapi sama sekali tak ada maksud untuk benar-benar membangunkan Kyuhyun.

Banyak hal yang Donghae lihat saat tersebut. Dengkuran halus Kyuhyun beserta tidur lelapnya. Damai seolah Donghae tak ingin tidur itu terganggu sedikitpun. Juga masih ada segelas susu coklat yang terletak agak jauh, di atas meja belajarnya. Tanpa sadar Donghae menggigit bibir bawahnya. Tubuhnya perlahan sedikit gemetar, lalu air mata tergenang di kedua sudut matanya.

“Jika begini caranya, sama saja kalian mengabaikan kami!”

Donghae terisak pelan dan merasa sangat putus asa, juga tak bisa untuk mengadu kepada siapapun. Pada kedua orang tuanya yang tidak ada? Atau pada Kyuhyun si bocah kecil? Pada dinding-dinding kamar yang dingin? Tidak mungkin. Satu yang jelas, mau ataupun tidak, bagus buruknya, manis ataupun pahitnya harus ia telan sendirian, tidak ada orang lain lagi.

Bunyi detik jam seolah mengejek Donghae yang sedang kesepian. Ia mengambil posisi tidur di samping Kyuhyun dan mendekap tubuh mungil itu. Selimut kecil milik Kyuhyun ia paksakan untuk menyelimuti keduanya. Bahkan tidak sampai menutupi kedua kaki Donghae.

Perlahan Donghae memejamkan erat matanya. Terlalu erat sehingga nampak bahwa ia memaksakan kedua matanya untuk terpejam. Tak ada yang lain yang Donghae inginkan. Hanya satu, untuk saat ini saja.

Biarkan aku tertidur. Biarkan aku tertidur agar saat terbangun nanti semua mengatakan bahwa hari ini hanyalah sebagian dari mimpi burukku. Yakinkan aku bahwa ini semua hanyalah mimpi.

Tapi tetesan hujan yang membasahi bumi nampak nyata dengan bunyi hasnya. Semilir angin yang dingin mengatakan, semua benar adanya. Waktu enggan memutar langkahnya untuk kembali. Dia terus menyongsong masa ke depan. Apa yang kau harapkan hanya dengan tertidur selama beberapa jam saja, Donghae?

“Bangun! Bangun!”

Donghae terusik dengan jemari mungil yang mencoba mengoyak pelan permukaan pipinya. Tidak sakit, hanya saja itu mengganggu. Ia cekal pergerakan jemari itu. “Aku masih mengantuk, Kyuhyunie!” peringatnya dengan mata terpejam.

“Tapi ini sudah siang. Bantu aku menyetrika seragam sekolah. Aku tidak bisa..” rengek Kyuhyun.

Kesal. Donghae berdecak kesal dan masih enggan membuka matanya. “Kenapa aku, sih?! Biasanya kan ib-”

JREG.

Kedua mata Donghae terbuka tiba-tiba di antara rasa terkejutnya. Sangat jelas jika ia terbangun dengan agak tergesa-gesa, lalu ia mengeluh sakit kepala setelahnya. Ugh. Ia mengernyit sambil terbangun.

“Kupikir hanya aku saja yang berfikir ayah dan ibu sudah pulang!” ujar Kyuhyun. “Pantas hyung tidak bangunkan aku semalam, jadi mereka belum pulang, ya?”

Sekali lagi Donghae mengusak kedua matanya yang terasa berat. Hatinya juga terasa berat ketika mendengar Kyuhyun mengeluhkan ketidakpulangan kedua orang tuanya. Perlahan ia menapaki lantai yang dingin, dan dengan sedikit lemas mulai beraktifitas.

Dari mulai menyetrika seragam adiknya, Kyuhyun. Membuatkan sarapan dan sedikit merapihkan rumah. Oh! Dia juga membenahi isi tas sekolahnya. Ia juga harus sekolah, ia masih sekolah di jenjang menengah pertama.

“Kau sudah siap?!” seru Donghae di ambang pintu.

Untuk pertama kalinya Donghae tersenyum, melihat tingkah Kyuhyun yang kesulitan memakai sepatunya. Anak itu duduk di atas sofa, sedang tubuhnya merunduk untuk meraih kaki-kakinya. Tubuh mungilnya tidak sampai untuk meraih kakinya, sedang kakinya belum bisa menemukan tempat yang pas di dalam sepatu. Kyuhyun sampai mengerang memasukkan sepatunya sendiri hingga bergulingan di atas sofa.

Donghae terkikik geli. Ia tidak jadi mengunci pintu dan menghampiri Kyuhyun. Berjongkok di depan Kyuhyun dan membantu adiknya itu memakai sepatu. “Aku tidak tahu jika kau juga belum bisa memakai sepatu sendiri,” ujarnya.

“Biasanya ibu yang memakaikannya padaku..”

“Hmm.. jika begitu, mulai sekarang hyung yang akan membantumu, ya?”

Kyuhyun melotot ke arah Donghae. “Benar?” ujarnya kurang yakin. “Kau tidak usah cemas. Ibu pulang sebentar lagi, kan?”

Donghae memberikan senyum terbaiknya lalu mengusak rambut Kyuhyun. Lalu dituntunnya Kyuhyun keluar menuju rumah mereka. Berjalan beriringan menuju sekolah mereka.

“Jangan nakal di sekolah, Kyuhyunie! Nanti hyung juga yang akan menjemputmu..”

“Tapi hyung pulang siang, bagaimana hyung menjemputku?”

“Pokoknya tunggu aku hingga aku datang ke sekolahmu!”

“Tidak mau! Itu terlalu lama. Aku akan menelpon ayah agar menjemputku!”

“Ayah tidak akan mengangkat telponmu!”

“Kenapa? Seharusnya mereka sudah pulang sejak semalam. Kau menyebalkan!”

Kyuhyun dikejutkan dengan pelukan teman-temannya di sekolah. Ada beberapa di antara mereka yang bahkan hampir menangis saat memeluknya. Wajah Kyuhyun nampak tidak mengerti. “Kalian kenapa?” herannya.

Seorang guru, wanita menghampirinya kemudian. “Mengapa Kyuhyunie sudah masuk sekolah?”

Kyuhyun semakin tidak mengerti. Ia tidak menjawab dan memilih mendekati bangkunya. Ia simpan tasnya. Masih bungkam, ia sendiri tak mengerti mengapa teman satu kelasnya masih setia menatap dirinya. Dengan tenang Kyuhyun duduk di bangkunya, dalam posisi cukup rapih. Ia melirik guru cantiknya. “Memangnya kenapa aku tidak sekolah? Ibu bilang aku tidak boleh malas sekolah. Dia akan marah nanti!” jawabnya.

Entah. Kyuhyun terkejut-kejut, karena sosok Ryeowook, teman sebangkunya memeluknya begitu saja sambil terisak kecil. “Kyuhyunie sudah sarapan? Jika belum makan bekalku saja, ya?”

Kening Kyuhyun mengerut tak suka. “Aku sudah sarapan. Kau ini kenapa sih, Ryeowookie?!” kesal Kyuhyun. Ia memandang satu persatu temannya dan menangkap aura duka dari wajah mereka semua. Tapi duka itu, untuk siapa? Bukan untuk dirinya, kan?

“Donghae-ya.. kau sudah sarapan?”

Donghae mengangguk dalam posisi miring karena kepalanya sedang bertumpu seutuhnya pada bangkunya. Ia tidak memiliki tenaga sama sekali, nampak sangat lemas dan tidak bersemangat. Lalu ada jemari yang menyusuri helaian rambutnya.

“Kenapa kalian belum pindah? Kami sudah menunggu..”

Kedua mata Donghae beralih, menatap satu wajah lembut yang tengah menatapnya, memberinya sedikit rasa tenang dan aman. “Hyung..” bisiknya. Ia ingin mengutarakan satu kalimat yang panjang, namun berakhir dengan perih yang teramat sangat ditenggorokannya. Seperti tercekat dan menghentikan semuanya.

Kedua matanya memerah, mengumpulkan cairan bening di tiap sudutnya. Donghae sedang menahan tangisnya. Ia mencoba bergerak dari posisinya menjadi terduduk. “Aku masih tidak percaya. Ini..”

“Ssst..”

Orang yang lebih tua memilih untuk menghentikan segala ucapan Donghae, karena ia tahu, pada akhirnya hanya akan berujung pada sebuah tangisan. Seberapa banyak hal yang dikatakan Donghae, semuanya tetap mengarah pada satu hal yang sama. Kesedihan yang teramat sangat..

“Menangislah jika kau ingin. Menangis sekeras yang kau mampu jika itu mengurangi bebanmu. Hyung mengerti..” ucapnya sambil memeluk Donghae, lalu memberinya usapan di punggung.

Benar saja. Donghae menangis keras di dalam kelasnya, mengalahkan suasana gaduh di kelas yang memang sedang dalam jam istirahat. Segenap jiwa yang ada dalam kelas tersebut seperti terpengaruh oleh suara tangis Donghae. Mereka terhanyut dalam kesedihan itu. Kesedihan yang telah mereka ketahui penyebabnya.

“Leeteuk Hyung aku bersumpah aku tidak bisa memberitahu Kyuhyunie..”

Leeteuk memutus pelukannya. Ia apit kedua sisi wajah Donghae dengan telapak tangannya. Ia usap basah di wajah yang nampak lebih sayu itu. “Jangan begitu, Donghae. Kyuhyun harus tahu. Kau harus membuatnya mengerti..” sela Leeteuk.

“Tapi..”

Cairan merah yang keluar tiba-tiba dari hidung Donghae menghentikan segalanya. Leeteuk memekik keras, terkejut bersamaan dengan suara dering tanda masuk terdengar. “Ya ampun Donghae, kenapa kau menahan sakit, huh?”

Donghae mengusap darahnya. “Aku baik-baik saja..”

Leeteuk mendengus tak percaya lalu meraba kuat kening Donghae. “Tidak! Kau harus menurut padaku mulai sekarang. Jika tidak padaku, mau pada siapa lagi?”

Donghae kehilangan fokusnya. Ia merasa melayang dan tak sengaja menubrukan dirinya pada tubuh Leeteuk. Ia merintih kecil dengan nafas yang tak beraturan. Mungkin Donghae tidak menyadari suhu tubuhnya semakin dan semakin tinggi saja. Leeteuk memanggil-manggil namanya dan ia tidak mampu lagi mendengar. Hanya bergumam, itupun tidak terlalu jelas. Apa?

Ketika terbangun Donghae dikejutkan oleh jam yang sudah menunjukan pukul 1. Tidak ada siapapun, dan ia segera menyibak selimut putih dari atas tubuhnya. Donghae tidak sempat berfikir dirinya sedang berada dimana? Apa yang terjadi sebelum ia tertidur tadi? Mungkin sosok Leeteuk satu-satunya yang dia ingat.

Ia sadar ia masih berada di sekolahnya setelah membuka pintu ruangan tempatnya tertidur baru saja. Mungkin itu ruang kesehatan. Donghae mengedarkan pandangannya pada tiap sudut, dan tak mendapati manusia satupun. Ia berfikir, jam satu siang, biasanya para siswa masih belajar.

Oke! Mungkin jam satu siang masih waktu belajar untuk siswa menengah pertama. Tapi untuk anak sekolah dasar, tidakkah itu terlalu siang? Donghae merasakan jantungnya berdebar sangat kencang.

“Tidak mau! Itu terlalu lama. Aku akan menelpon ayah agar menjemputku!”

Donghae sedang mencemaskan Kyuhyun. Jelas-jelas sekolah Kyuhyun seharusnya sudah bubar semenjak beberapa jam yang lalu. Dan ia tahu Kyuhyun bukan tipe yang suka menunggu.

Tanpa mempedulikan jam belajarnya, Donghae berlari keluar dari gedung sekolah, tak menghiraukan seorang penjaga sekolah yang meneriaki namanya. Donghae tidak yakin besok dia akan bebas dari hukuman gurunya karena kabur sekarang. Dia tidak peduli dan tidak takut. Hanya Kyuhyun yang menjadi bagian dari ingatannya.

Donghae melupakan taksi, atau setidaknya bis yang akan mengantarnya ke sekolah Kyuhyun lebih cepat. Hey Donghae lupa membawa tasnya dan ia tak memiliki satu lembarpun uang. Maka berlari di atas aspal yang panas menjadi jalan keluarnya. Ia berlari membabi buta menuju sekolah Kyuhyun, adiknya..

Tarikan nafas Donghae nampak kasar dan cepat. Dadanya naik dan turun dengan cepat. Sesekali ia merunduk untuk meredakan lelahnya, tapi itupun tidak berpengaruh banyak untuknya.

Ia terhenyak saat telah sampai, tepat di depan gerbang sekolah yang warna-warni itu. Gerbang sekolah milik Kyuhyun yang sudah terkunci rapat. Tidak ada penghuni sama sekali di dalamnya. Hening..

“Kyuhyunie,” lirih Donghae, mulai hawatir. Ia mencengkram erat gerbang sekolah itu.

Tidak mungkin jika Kyuhyun masih berada di dalam sana. Kemungkinan besar bocah itu sudah pulang sendirian. Sendirian! Kata itu membuat wajah Donghae yang sedikit pucat menjadi benar-benar pucat. Susah payah Donghae menelan salivanya, mencoba mengatasi rasa takut yang kini membuatnya merinding. Kyuhyun tidak apa-apa. Kyuhyun baik-baik saja dan sudah tiba di rumah sekarang..

Donghae memutar langkahnya dengan sedikit lemas. Berharap menemukan Kyuhyun di perjalanan pulangnya. Sangat- sangat berharap. Ia perlambat langkahnya kemudian. Terik matahari di siang itu sungguh membuat sakit di kepalanya bertambah menjadi beberapa kali lipat.

Tepat saat Donghae akan menyebrangi jalanan besar, ia dikejutkan oleh tubuh kecil yang berjongkok memeluk lututnya di dekat lampu lalu lintas. Tihang yang menjadi penyelamat para penyebrang jalan di perempatan jalan tersebut. Donghae terhenyak. “Astaga!” pekiknya. “Kyuhyunie!” teriaknya dengan detakan jantung yang lebih keras.

Hampir saja. Donghae tidak bisa membayangkan jika Kyuhyun menyebrang sendirian. Langkah Donghae menjadi cepat seolah takut tidak ada hari esok. Nafasnya memburu, dan ia langsung berjongkok untuk meraih tubuh kecil adiknya.

“Ya Tuhan Kyuhyunie, sedang apa kau disini?!”

Kyuhyun mendongakkan wajahnya. Donghae mendapati tangis di wajah adiknya itu dan ia semakin terkejut. “Kenapa? Kenapa kau menangis?”

Kyuhyun mendorong dada Donghae sehingga saudara tertuanya itu terhuyung dan jatuh ke belakang. “Pembohong!” jeritnya.

“Eo?” Donghae tercekat, tak mampu menebak dan sekedar bertanya.

“Aku membencimu! Hyung berbohong padaku! Hyung sudah berbohong padaku!”

Donghae mencoba meredakan teriakan Kyuhyun. Ia bangkit dan mencoba membuat Kyuhyun tenang, namun bocah itu melemparinya dengan tas sekolah dan lalu pergi meninggalkan dirinya. “Kau mau kemana Kyuhyunie, hey!” panggil Donghae, sambil melihat Kyuhyun yang berjalan, berlawanan arah dengan rumah mereka.

“Kyuhyunie.. jangan marah begitu, hyung bisa jelaskan..”

Kyuhyun berhenti di sela langkahnya dan lalu melirik ke arah Donghae dengan tatapan tajamnya. “Jangan mengikutiku! Aku tidak mau bertemu denganmu!”

Sakit. Donghae merasa hatinya hancur detik itu juga. Tatapannya menatap Kyuhyun dengan pedih. Namun ditahannya air mata yang akan terjatuh begitu saja. Tenggorokannya terasa kering dan sangat sakit akibat tangis tertahan itu. “Kau hanya punya aku, Kyuhyunie..”

Kyuhyun mulai meluluh. Ia tidak lagi berjalan, namun wajahnya berubah semakin mendung dengan kedua pipi dan hidungnya yang mulai memerah, begitupun kedua matanya. “Jangan ikuti aku!” desisnya, namun saat itu juga air di kedua matanya menetes. “Aku akan bilang pada ayah dan ibu, kau sangat jahat!”

“Kyuhyunie..”

“Aku akan menemui mereka!” jerit Kyuhyun, seketika itu pula Donghae telah mendekat dan mendekap tubuhnya erat.

Donghae merapatkan wajah Kyuhyun di dadanya, meredam tangis adiknya disana. “Kemana, hm?” lirihnya sambil memandang udara hampa. “Kemana kau akan menemui mereka, hn? Katakan..” ucap Donghae. Ia tersenyum di antara tetes air yang kini melaju di antara kedua pipinya. “Jika kau bisa menemui mereka, maka bawa hyung juga Kyuhyunie..”

Kyuhyun mulai meronta dan menangis keras. Bocah itu memukul-mukul tubuh hyungnya sambil terisak keras. Ia menjerit, “ayah!! ibu!!” dengan sangat keras, mengundang tatapan beberapa orang yang sedang berjalan di sekitar mereka.

Donghae menghela nafasnya yang terasa semakin panas. “Maaf hyung berbohong padamu,” ucapnya berbisik. “Ayah dan ibu tidak sedang sibuk. Mereka tidak sedang pergi bekerja. Mereka..” Donghae mengambil jeda saat tangis Kyuhyun semakin keras. Ia tepuk punggung kecil itu pelan-pelan. “Mereka sudah tidak ada Kyuhyunie..” lirih Donghae. “Maaf hyung harus mengatakan ini padamu..”

Tuntas sudah. Donghae menghela nafasnya, merasa lega telah mengatakan kebenarannya pada Kyuhyun. Kini tidak ada lagi kebohongan meski Kyuhyun menangis histeris dalam dekapannya. Dia juga tidak lagi membohongi dirinya dan mulai percaya bahwa semuanya bukan hanya mimpi seperti yang diharapkannya.

“Ayah dan ibu sudah pergi ke langit..”

Leeteuk berwajah cemas. “Tapi Donghae pergi dari ruang kesehatan tanpa ijin, bu.. dia sedang tidak baik-baik saja!” ungkapnya. Lalu dia rasakan belaian lembut sang ibu.

“Mungkin Donghae memiliki urusan yang harus dia selesaikan. Ingat Teuki-ah.. Donghae sudah sangat terpukul dengan kepergian kedua orang tuanya dengan tiba-tiba. Ini bukan hal yang mudah untuk kita tenangkan. Dia butuh waktu..”

“Tapi aku mencemaskannya!”

Sang ibu tersenyum. “Dia tidak akan berbuat yang macam-macam. Dia memiliki Kyuhyun, dan ibu yakin dia tidak akan tega meninggalkan Kyuhyunie seorang diri..” ungkapnya. “Ibu sudah menghubungi ayahmu. Biar ibu yang mencari ke rumah mereka. Jika sudah bertemu, akan ibu beritahu secepatnya.”

“Sekalian bawa mereka pulang kemari ibu. Aku terlalu cemas membayangkan mereka hanya berdua di rumah besar itu!”

Tepat setelah kepergian sang ibu, bahkan belum melalui waktu ke sepuluh menit, telpon rumah berdering, memekik di sepanjang ruangan tengah. Leeteuk berjengit kaget dan meraih telpon itu dengan terburu-buru. “Hallo?”

“…”

“…”

“…”

Leeteuk menahan nafasnya. Suara kecil di ujung sana seperti menyengat dirinya, terlebih suara kecil itu ia hafal dan suara itu.. terisak ketakutan. “Kyuhyunie.. tenanglah. Katakan kau dimana, huh?”

“Aku tidak tahu! Donghae hyung tidak mau bangun!”

Leeteuk berlari membabi buta, mencari keberadaan dua saudaranya. Meski bukan saudara kandung, tapi jika mereka adalah anak dari kakak ibunya, berarti mereka adalah saudara dekatnya. Mereka adalah kerabat dekat yang butuh untuk dekapannya saat ini. Tak lupa ia menghubungi ayah dan ibunya, agar membantunya untuk mencari.

Kemungkinan besar Donghae tidak sadarkan diri, menurut penuturan Kyuhyun tadi. Jadi tidak mungkin untuk mencari mereka di taman bermain. Tidak juga di kedai ice cream yang sering mereka kunjungipun. Terakhir ia ingat, Kyuhyun mengatakan ia menghubungi rumah dari telpon umum. Benar. Beruntung bocah itu menghafal nomor telpon rumahnya, karena mereka memang kerap kali saling menghubungi.

Leeteuk kemudian mencari ke setiap telpon umum yang ada di kota tersebut. Butuh waktu 4 jam penuh untuk mencari, hingga kemudian ia menghentikan taksi yang ditumpanginya. Ia melihat sosok Kyuhyun di dalam ruang kecil tempat telepon umum, bersama Donghae yang meringkuk di dalamnya.

Tempat itu sedang sepi, dan Leeteuk menganggap wajar jika tidak ada yang menolong mereka, atau sekedar menemukan mereka. “Ya Tuhan, Ya Tuhan!” bisik Leeteuk penuh kekhawatiran. “Tolong tunggu sebentar, pak..” ucapnya pada sang supir taksi untuk menunggu dirinya.

“Kyuhyunie!”

Kyuhyun mendongak ketika mendapati suara panik Leeteuk yang dihafalnya. Kyuhyun ingin menangis, mengadu sebisa yang ia mampu pada hyungnya tersebut, namun ia heran ketika merasakan seluruh tubuhnya bergetar hebat. Jemarinya meremas erat pakaian sekolah Donghae, lalu ia hanya bisa menangis sambil menggelengkan kepalanya pasrah. Kasihan.

“Baiklah..” tukas Leeteuk. Ia tahu ia tidak atau belum bisa bertanya pada bocah kecil itu. Sebagian besar yang menyebabkan Donghae tumbang seperti ini, ia telah mengetahui sebabnya. “Kyuhyunie pergi ke dalam taksi lebih dulu, ya.. biar hyung menggendong Donge hyungnya, Oke?”

Kyuhyun mengangguk patuh. Ia memilih diam dan pergi menghampiri taksi di pinggir jalan yang menunggu mereka. Ia dapat menangkap kepanikan Leeteuk yang tengah menggedong hyungnya, ke dalam taksi menyusul dirinya. Satu kalimat yang mengisi seluruh ruang kepala Kyuhyun, segera Kyuhyun tanyakan saat taksi sudah melaju membawa mereka.

“Donghae hyung baik-baik saja, kan?”

Donghae melihat ayah dan ibunya. Melihat mereka yang menghampiri dirinya. Duduk di sisi kiri dan kanannya. Dia sendiri merasa tubuhnya kaku, tak mampu untuk bergerak sedikit saja, hanya sekedar ingin melihat mereka dengan seksama. Tapi ia tak bisa melakukan apapun kecuali merasakan belaian mereka.

“Bu..” panggilnya pada sang ibu.

Bayangan keduanya semakin jelas, namun tak lama kembal memudar seperti cahaya yang perlahan menghilang. Donghae mengernyit keheranan, terutama ketika melihat bayangan kedua orang tuanya menghilang, berganti dengan foto Leeteuk yang dilihatnya di dinding. “Hyung?”

Yang dipanggil masih memejamkan kedua matanya. Ia terbangun dan terusik ketika Donghae menggerakkan jemarinya perlahan.

“Kau bangun, Hae? Bagaimana, kau merasa baikan?”

Donghae masih nampak linglung. “Aku dimana?”

Ada helaan nafas dari Leeteuk. “Kau dirumahku. Maaf.. terpaksa aku membawamu kemari, Hae.. Kau dan Kyuhyun harus segera pindah kemari, mengerti? Ayah dan ibuku, juga Kyuhyun sedang mengemasi barang kalian..”

“Kyu- Kyuhyun?!”

Donghae memekik terkejut sambil terbangun tiba-tiba. “Oh, dimana dia?!” erang Donghae, masih tidak mengerti bahwa Kyuhyun telah aman sekarang.

“Tenanglah.. dia baik-baik saja, Hae. Kau hanya membuatnya menangis seharian kemarin,” dengus Leeteuk. “Kenapa tidak mengatakan padaku jika harus menjemput Kyuhyun dan mamaksakan dirimu sendiri untuk melarikan diri dari ruang kesehatan? Kau tahu, aku cemas seperti kesetanan!”

Hyung..” Donghae menatap Leeteuk dengan segenap kesedihannya.

Leeteuk segera mengusak rambut Donghae. “Aku tidak akan memintamu untuk tidak bersedih. Jangankan kau, aku saja bersedih atas meninggalnya mereka. Kau menyembunyikan kesedihan itu hanya karena tidak ingin Kyuhyun bersedih. Aku  mengerti. Aku mengerti betapa beratnya menjadi dirimu..”

Donghae menangis lagi, mengalirkan tetesan air di wajah pucatnya.

“Tapi kau tidak harus menanggungnya sendirian, Hae. Bagilah denganku, hn? Masih ada kami disini, keluargamu. Kau.. tidak sendirian..”

Segera, Donghae mengusap air matanya lalu mencoba tersenyum pada sang hyung. “Maafkan aku, hyungie.. aku hanya terkejut dan tidak tahu harus berbuat apa. Semua terasa cepat dan aku sempat tidak percaya jika mereka pergi meninggalkan kami..”

Leeteuk memeluk Donghae. “Aku tahu kau akan lebih kuat dari ini, karena Kyuhyun. Karena ada keinginan untuk melindungi Kyuhyun melebihi apapun, melebihi siapapun. Kau harus lebih berani, Donghae-ya..”

“Ya Tuhan, kumohon bangunkan Donge hyung. Aku bersalah padanya. Aku tidak membencinya, sungguh. Jangan kau ambil dia seperti kau mengambil ayah dan ibuku. Aku tidak akan memarahinya lagi, aku tidak akan memukulnya lagi. Aku berjanji..”

Kyuhyun merapatkan dua telapak tangannya, memejamkan kedua mata di samping Donghae yang masih tertidur di ranjang. Anak kecil ini berdoa setulus hatinya. Sejenak ia membuka matanya dan masih menemukan Donghae memejamkan kedua matanya. “Oh, Tuhan! Oh, Tuhan, kau mendengarku?” bisiknya, tidak terima jika Tuhan tidak langsung mengabulkan do’anya.

“Aku mohon.. aku mohon.. kau boleh mengambil semua kartu mainanku asal Donghe hyung bangun sekarang!”

“Kau boleh mengambil sosisku di dalam lemari es jika kau mau. Kau juga boleh mengambil semua piala juaraku. Ada banyak di lemari. Tapi jangan kau ambil semuanya, eh? Semuanya juga boleh..”

Donghae tertawa kecil dalam tidurnya.

“Aku juga.. tidak akan menangis karena ayah dan ibu sudah tidak ada. Aku tidak akan menyusahkan hyungku lagi. Aku akan membuat susu sendirian. Aku akan bangun sendirian. Aku akan menyetrika sendiri dan melakukan semuanya sendirian. Aku juga..”

“..tidak akan bertanya lagi, kapan ayah dan ibu akan pulang..”

Donghae hampir menetaskan tangisnya lagi. Segera ia hapus air matanya, dan dengan cepat ia terbangun, lalu menangkup kedua tangan Kyuhyun yang sedang merapat. “Tuhan sudah  mengabulkannya sejak sebelum kau menjanjikan ini dan itu, Kyuhyunie..”

Kyuhyun membuka kedua matanya lalu menahan senyumnya. “Kau bangun?! Kau bangun!” teriaknya sambil menubruk tubuh Donghae, sehingga mereka terjatuh di atas tempat tidur. Setelahnya Kyuhyun menangis keras penuh kelegaan, dan.. mhh.. dan melupakan janjinya kepada Tuhan.

Terpampang dua wajah yang akan selalu diingat dan dirindukan, baik itu oleh Kyuhyun dan juga Donghae. Ayah dan ibu mereka, yang hanya tertinggal melalui kenangan manis di dalam selembar foto tersebut. Hanya tertinggal abu di dalam tempatnya masing-masing, dihiasi bunga di sampingnya.

Mereka seperti sedang bercermin disana, lalu memberi hormat kepada mendiang orang tuanya, yang baru saja meninggal seminggu yang lalu karena sebuah kecelakaan. Satu kenyataan yang kini Donghae yakin, itu bukanlah sekedar mimpi. Dan ia sudah merelakan semua yang terjadi.

Kyuhyun juga mengerti, mengapa teman-temannya menyambut dirinya dengan penuh kesedihan di hari senin kemarin. Mengapa Ryeowook menangis untuknya. Besok ia sudah akan kembali sekolah dan berterima kasih kepada mereka, lalu berkata untuk tidak terlalu cemas.. karena..

Kyuhyun mendongak untuk melirik Donghae di sampingnya, yang sedang menggenggam erat jemarinya. Alasannya karena masih ada saudaranya. Masih ada seorang hyung yang menjaganya. Ia tersenyum..

Donghae berbalik menatap Kyuhyun dan tersenyum sambil mengusak rambut Kyuhyun. Bibirnya berkata “kenapa?” tanpa suara, tapi Kyuhyun menjawabnya dengan gelengan. Ia semakin merapatkan tubuhnya di lengan Donghae, bentuk syukurnya karena memiliki hyung seperti Donghae.

“Hyung tidak perlu meminta maaf, karena hyung berbohong untuk melindungiku. Tapi lain kali tidak boleh berbohong lagi, ingat apa kata ibu!”

END

Tuh, kan? Saya ini ngaco ya buat yang beginian. Hahahaha.. sekian. 🙂

35 respons untuk ‘SORRY- SORRY

    erleenescallps said:
    Juni 30, 2014 pukul 3:00 am

    uuuuuuuuuuuuuu…..huhuhuhu

    amyla_rahayu said:
    Juni 30, 2014 pukul 3:43 am

    huhuhu sedih,,,kasihan sekali kalian kyuhae,,,kyu kau polos sekali,jga hyungmu yg manis itu baik-baik ya,,,hae bnar kta teuki jngan pendam sendiri ya masalahnya,kmu boleh cerita sama aq jga kok#toenggg

    LiKyuHyun said:
    Juni 30, 2014 pukul 3:49 am

    Aigooo~ Ini ceritanya sedih banget…
    Kasihan KyuHae 😦 Untung ada Teuk sama keluarganya…
    Pertamanya gak mewek, eh ujung-ujungnya aku mewek juga 😦
    Gak tau harus komentar apa lagi. Pokoknya aku selalu menunggu ff-ff mu yg lain.
    Terutama Angel Eyes. Aku penasaran banget sama kelanjutan ff itu. Fighting!!!

    ELFarida said:
    Juni 30, 2014 pukul 4:43 am

    Eoonnnniii~
    😥 #mewek
    sediiihhh bnget critanya . . . Aku abis nntn hearty pau tdi, eh, malah baca ff yg begini, . .tambah nangis deh . . .
    Daebak eon !

    tutu said:
    Juni 30, 2014 pukul 6:16 am

    keren chinggu ceritanya 🙂

    Dinan Lee said:
    Juni 30, 2014 pukul 6:17 am

    Sedih (TT_TT)

    ElizElfishy said:
    Juni 30, 2014 pukul 6:56 am

    Yeeee ada brothership lagi. Like. KyuHae yg sbar ne…kan msih ada Leeteuk dan keluaganya. Hae, keep healthy.

    vicya merry said:
    Juni 30, 2014 pukul 7:01 am

    hiks…..hiks…..sedih banget eon, awalnya masih belum percaya klo ortu kyuhae udah meninggal, eh ternyata emang beneran klo mereka meninggal, kasian mereka masih pada kecil udah nerima ini, tapi ini tete[p keren eon

    arumfishy said:
    Juni 30, 2014 pukul 8:11 am

    Untung aku lgi g puasa oen :-(jdi bleh bersedih ria bacanya T_T…….

    Kenapa Kyuhae ga tinggal dirumahku aja oen #mwnya…:-D

    priscilialaurengyu said:
    Juni 30, 2014 pukul 11:44 am

    aduh kyu polos amat
    sedih bacanya 😥
    hae n kyu ud gak ada emak bapaknya

    leesooyoungelf said:
    Juni 30, 2014 pukul 12:39 pm

    ah menyentuh bgt…
    banjie dr awal. mpe akhir.
    semangat lanjutin ff lainny ya.
    ditunggu kihae ny.

    yolyol said:
    Juni 30, 2014 pukul 2:01 pm

    #pelukHaeKyu

    .・゜゜・(/。\)・゜゜・.

    lienana said:
    Juni 30, 2014 pukul 2:07 pm

    poor kyuhae,, 😥
    mskipun dri awl udah nebak mati gitu, tp tetep ajah sedih…

    ida elfishy said:
    Juni 30, 2014 pukul 2:16 pm

    huhuhuhuu kasian skli kyuhae, untung ada teuki^^

    AldMin said:
    Juni 30, 2014 pukul 2:20 pm

    ngaco apanya kak?? aku nangis tauk ;;_____;;
    hehe tapi bagus 😀 😀 😀
    lanjut ff angel eyes chap 4 yaa *kaloadawaktu* eehehehe
    fighting!! 😀

    Rien Rainy said:
    Juni 30, 2014 pukul 6:34 pm

    T.T HUWA… KyuHae, brothership… huwa suka banget sama jln cerita.a eonni… aku mewek baca.a… aku kira ortu mereka beneran gk pulang2 karna urusan pekerjaan, trnyata ortu mereka sudah tiada… T.T oh my… nice ff eonni… aku suka kata2 Leeteuk yg ingin Donghae membagi kesedihan pd.a… karna, jika kesedihan itu dibagi, maka akan trasa tk begitu mnyedihkan… oh my… aku suka sama ff eonni yg beginian…

    Linda☆★ said:
    Juli 1, 2014 pukul 12:15 am

    sedih T_T padahal udah ngerasa ortu mereka kemana gitu dr awal tp tetep sedih T_T

    unordinaryidea said:
    Juli 1, 2014 pukul 5:20 am

    Keren…brothership an family banget…mau nangis bacany…saat2 yg pasti kita hadapi di waktunya nnt…berharap bs rela and siap gak kayak donghae d sini…good to learn about it…to make ourself always prepare….

    Onnie…Nothing Betterny kapan lanjut….

    TeukHaeKyu said:
    Juli 1, 2014 pukul 8:01 am

    nyakampun,.. I’m having goosebump! Oh my TeukHaeKyu Feeling >.<

    terus berkaya ya Mbak Minah,.. please…. ❤

    dewiartini94 said:
    Juli 1, 2014 pukul 8:55 am

    Antara ketawa sama mewek bacanya,,,,
    Kepolosan kyuhyun Lucuuuuuu,,,,,Ach Donghae, dia harus kuat demi dongsaengnya. tapi kok agak susah ya ngebayangin donghae dewasa seperti itu. tetep harus ada sosok Leeteuk yang mendampingi dua boah ini 🙂

    Tsafa Fishy said:
    Juli 1, 2014 pukul 9:42 am

    Sedih banget KyuHae yg sabar yah kan masih ada teuki,,,
    FF brothershipmu memang selalu TOP dan selalu ditunggu ^^

    eLice← said:
    Juli 1, 2014 pukul 12:26 pm

    woahhhh, kirain bkl ada acara death chara,, untung enggak… #huhu bener tuh ngak bisa byangin dongee bersikap dewasa 😀 Kyuuu kiyuuuttt bgt haha

    KyuHaeELF said:
    Juli 2, 2014 pukul 11:39 am

    Aaaa,,
    aku kira donghae punya penyakit ? T.T
    keep writing author 😉

    LaylaKiHae said:
    Juli 2, 2014 pukul 2:16 pm

    Huhuhu….T.T Sedih bnget crita.ya #Nangisdipojokan Huweeeee….. Kasiah KyuHae di tinggal ma ke2 Ortu.ya!!!!Sini KyuHae aku rela Kmu Peluk #Ngekkkkkk

    Hulanchan said:
    Juli 2, 2014 pukul 4:51 pm

    Hampir nangis baca ini. Keren thor ! Feelnya dapet banget.. I Like It !

    Aliva Anjells said:
    Juli 3, 2014 pukul 2:00 am

    ,kyuhae ksian bgt.. Really really hurt.. Kyu yg polos,dn hae yg sgt syang pd adky kyu.. Q plg ska kyuhae couple.. Jd ff ini q ska bgt.. klnjtn Ff angel eyes ny dtgu min..

    yetha said:
    Juli 3, 2014 pukul 4:22 am

    Huwaaaa KyuHae kasiaaannn, nyesek bnget ditinggal ortu. Untung ada Leeteuk yg slalu ada disaat KyuHae kesusahan 😀 .

    winda said:
    Juli 4, 2014 pukul 6:19 am

    syedihhhhh elahhh nie ujung.nya mewek thorrr

    lifelocked said:
    Juli 5, 2014 pukul 1:10 am

    Ya ampuuunn kyuhyunie~ bikin gemesss bgt sihhhhhh #cubitin pipinya# kkk

    Teh minah!! Aku suka pengggambaran karakter anak kecil d semua epepmuuu! Jga dialog2 nya yg unyuu unyu polos… Bkin pengen nendang kyuhyun yg asli, eh , kkk
    Ahh selalu kebawa ama epep2 mu unn selalu berkarya 💕

    iamlala said:
    Juli 6, 2014 pukul 4:52 pm

    bisakah ini dibikin sequel ? hiks sedih banget ceritanyaa 😦

    minikyu said:
    Juli 6, 2014 pukul 11:36 pm

    good job eonni.. ^o^
    daebakkk ffnya… ayook bikin banyak ff kyuhae yang brothership eonni

    Haebaragi said:
    Juli 8, 2014 pukul 4:18 pm

    daebak unni! 😀
    iihh~ Kyuhyun ngegemesin banget sih..
    dan Donghae. astaga! aku kagum banget sama Donghae yang begitu melindungi dan menyayangi Kyuhyun. Donghae adalah hyung yang baik. FF unni emang paling T.O.P! 😀

    Sutria ningsih said:
    Juli 9, 2014 pukul 3:17 am

    Bagus bagus bagus >_<
    Baru bisa baca 😦

    entik said:
    Januari 19, 2015 pukul 2:30 am

    Whaaaa
    Ini bikin ku sdih bgt, author nya cakep bgt bkin alur cerita nya.
    Hae sakit cm kecapen aja kan, bukan sakit yg parah.

    tary sa said:
    Januari 14, 2016 pukul 1:05 pm

    Ada rasa sedih ketika membaca FF ini… But everything it’s gonna be okay right???

Tinggalkan Balasan ke priscilialaurengyu Batalkan balasan